Sunday, April 21, 2024

Bani... suatu tradisi yg jelek?

Sy sdg mengikuti kajian, sekilas menyinggung ttg bani di jaman Rasulullah SAW. Pak ustadz menyampaikan bahwa tradisi bani adalah tradisi jahiliyah. Sehingga kita jangan pakai bani lagi. Semua Bani Adam. Sehingga kalau pas lebaran jangan pakai bani2an.

Sy sendiri kurang sejalan dg pendapat tsb. Demikian juga yg setahu sy, ada ustadz2 yg mempunyai pendapat spt itu (spt pendapat sy). Apalagi bani di kita tidak terlalu banyak level ke atas. Misal hanya 4 level ke atas (kakeknya kakek). Bahkan kalau Bani Hasyim, atau bahkan Bani Quraisy itu berapa level ke atas. 

Bani artinya terkait dg nasab.

Artinya bani itu terkait dg pengetahuan ttg nasab kita. 

Menurut sy ada dua sisi yg kelihatan bertentangan namun menut sy tdk, yaitu: 
1) Semua orang sebagai satu kelompok yg sederajat (sebagai Bani Adam)
2) Di sisi lain, orang mempunyai kelompok (bani, ketetanggaan, dll)

Poin 1 sangat penting, sebagai landasan, bahwa semua manusia sederajat meski berbeda nasab, beda status sosial dll. 

Poin 2 untuk bagaimana agar lebih kita menjalin persaudaraan, termasuk penting bani. Dan yg sangat penting: bagaimana kita lebih memberi perhatian, termasuk bantuan2 yg diperlukan, kepada orang2 yg dekat kepada kita yg sama baninya dg kita. 

Jadi poin 2 tdk artinya lebih penting dari pada no.1, atau bahkan menegasikan poin 1.
Juga poing 1 tdk artinya meniadakan poin 2.

Menghindari efek negatif: membangga-banggakan diri krn termasuk dalam bani tertentu, tidak mempedulikan yang di luar bani sendiri dll.