Friday, March 31, 2017

Tuhan yg Esa, Ketuhanan Yang Maha Esa

Contoh di Al Quran, kata "Illahu Wahid". 16:22. Banyak terjemah2, termasuk Tafsir Al Azhar nya HAMKA wahid diterjemahkan menjadi esa.

KBBI

esa num tunggal; satu;-- hilang, dua terbilang, pb berusaha terus dengan keras hati hingga maksud tercapai
Moto Kodam III Siliwangi Esa Hilang, Dua Terbilang

Friday, March 10, 2017

Perbamdingan kata "kaum" dan "umat"

Membandingkan antar kedua kata tsb.

Juga "Bani Israil" dan "Kaum Musa"

Ide topik: pembandingan penggunaan kata. Mengarah ke sense.

QS 7:159 memyebut kedua kata tsb.

- Penggunaan dlm AQ
- Mnrut kamus
- Penggunaan dlm bhs Ind
- Menurut pemahaman (baca artikel2)
Al
http://www.academia.edu/2583974/Konsep_al-Ummah_dan_al-Qaum_dalam_Alquran

http://media.isnet.org/kmi/islam/Quraish/Wawasan/Umat.html

Tuesday, March 7, 2017

Kata "berpaling"

Kata "berpaling" - dlm bhs al "turn away".  تَوَلَّىٰ    (80:1), "turn back" أَدْبَرَ 79:22  dan "turning"  تَقَلُّبَ (2:144)

Monday, March 6, 2017

Adil: adl, qisth, mizan

http://dunia-muslimat.blogspot.co.id/2013/01/perbedaan-makna-antara-kata-al-adlal.html?m=1

Foto QS 6:152 Tafsir Al Misbah

Tilawah, qiraah

https://m.facebook.com/notes/al-falihin/qiraah-tartil-dan-tilawah-membaca/10153320506205136/

Qira’ah, Tartil, dan Tilawah = Membaca?

=====

https://www.google.co.id/amp/s/blogibadah.wordpress.com/2017/02/19/qiroah-tilawah-tadarus-dan-tadabbur/amp/

Catatan Fazilat Amal
Pengertian Qiro’ah, Tilawah, Tadarus, dan Tadabbur

Generasi terdahulu umat Islam dari kalangan Sahabat dan Tabi’in kata Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah selalu berkumpul untuk tilawah dan saling menyimak Al-Qur’an dalam rangka menata hati dan mensucikan jiwa mereka. Rumah-rumah mereka, khususnya di bulan Ramadhan, berdengung tak ubahnya lebah-lebah, terpancari sinar, bertabur kebahagiaan. Mereka membaca Al-Qur’an dengan tartil, berhenti sejenak pada ayat-ayat yang membuat mereka ta’jub, menangis di kala mendengar keindahan nasehat-nasehatNya, gembira dengan kabar kebahagiaan. Mereka mentaati perintahNya sebagaimana menjauhi larangaNnya.

Dan ternyata makna qiro’ah – tilawah – tadarus – tadabur memiliki makna yang berbeda-beda aplikasinya dalam menyikapi Al Qur’an sebagai kitab suci bagi umat muslimin ini. Lantas apa perbedaannya ? apa saja definisi-definisinya ? Nah, mari kita tinjau sejenak bersama-sama.

Qiroah

Qiroah, adalah masdar dari Qoroah yg berarti mengumpulkan( Al Jam’u), artinya mengumpulkan huruf2 dalam sebuah untaian kata dan kalimat…

Derivat (bentuk turunan) kata dasar ini memiliki makna-makna diantaranya:

• tafahhama (berusaha memahami),
• daarasa (terus mempelajari),
• tafaqqaha (berupaya mengerti secara mendalam), dan
• hafizha (menghafal) karena menghafal juga berarti jama’a (mengumpulkan) dan dhamma (menyatukan).

[Lihat: Mu’jam Mufradat Alfazhil Qur’an hal. 413-414; dan Lisanul ‘Arab I/128-133.]

Krn itu Qiroah, biasa mengandung unsur, mempelajari,memahami dan menghafalkanny.. Maksudnya ketika seseorg itu Qiroaah, mk lbh kpd aspek intlektual, pemikiran, menelaah (knowledge)..

Dan biasanya bersifat umum, karena itu Qiroah bisa untuk kitab suci, bisa juga utk qiroah lainnya seperti majalah, koran, novel dsb..

Dan krn itu di dalam Al Quran, dl QS Al ‘alaq,

Allah SWT berfirman:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِى خَلَقَ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,”
(QS. Al-‘Alaq: Ayat 1)

Yg di baca adalah umum.. bisa Al Quran, bisa pula yg lainnya..

Wallahu a’lam.

Tilawah

Adapun Tilawah, dari kata Talaa-Yatlu.. Makna awalnya adalah mengikuti (tabi’a atau ittaba’a) secara langsung dengan tanpa pemisah, yang secara khusus berarti mengikuti kitab-kitab Allah, baik dengan cara qira’ah (intelektual) atau menjalankan apa yang terkandung di dalamnya (ittiba’).

Kata “tilawah” dengan berbagai derivasi dan variasi maknanya dalam Al-Qur’an terulang/disebutkan sebanyak 63 kali. Kata tilawah ini dalam beberapa kitab seperti dalam al-Mishbah al-Munir fi Gharib al-Syarh al-Kabir, Al-Shahib Ibn ‘Ibad dalam al-Muhith fi al-Lughah, Ibnu Mandhur dalam Lisan al-‘Arab, dan dalam Mukhtar al-Shihah, secara leksial/harfiah mengandung makna “bukan sekedar” membaca (qiro’ah).

Hemat kata, tilawah dapat diartikan sebagai pembacaan yang bersifat spiritual atau aktifitas membaca yang diikuti komitmen dan kehendak untuk mengikuti apa yang dibaca itu. Sedangkan qiro’ah dapat dimaknai sebagai aktifitas membaca secara kognitif atau kegiatan membaca secara umum, sementara tilawah adalah membaca sesuatu dengan sikap pengagungan. Oleh karena itu, dalam Al Qur’an kata tilawah sering digunakan daripada kata qiro’ah dalam konteks tugas para Rasul ‘alaihimussalam.

Syaikh Ibnu Utsaimin dalam kitabnya Majalis Syahr Ramadlan menguraikan cakupan makna tilawah dalam dua macam :

Pertama – Tilawah hukmiyah, yaitu membenarkan segala informasi Al Qur’an dan menerapkan segala ketetapan hukumnya dengan cara menunaikan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.

Kedua – Tilawah lafdziyah, yaitu membacanya. Inilah yang keutamaannya diterangkan oleh Rasulullah s.a.w. dalam hadits Bukhari: خَيرُكُم مَنْ تعَلَّمَ القُرآنَ وعَلَّمَه; sebaik-baiknya diantara kamu adalah yang belajar Al Qur’an dan yang mengajarkannya”.

Tadarus

Istilah tadarus semakin populer di bulan Ramadan. kegiatan ini tak hanya dilakukan di masjid atau musala, tapi juga di rumah. Banyak muslimin yang membaca Al-Quran dari awal hingga khatam, tapi ada juga yang melanjutkan kebiasaan tadarus setelah salat fardu. Misalnya, setelah salat subuh membaca Surat Al-Waqiah, zuhur (Arrahman), ashar (Assajadah), magrib (Yaasiin dan Al Kahfi), dan isya (Almulk).

Adapun kata tadarus berasal dari kata (darosa) yang berarti membaca (qiro’ah) atau berlatih dan selalu menjaga (الرياضة والتعهد للشيئ). Ketika ada imbuhan huruf ta’ dan alif pada kata darasa, maka maknanya berubah menjadi ‘saling membaca’. Dari sinilah kita kenal kata “tadarus” atau “mudarasah“. Sehingga dua kata ini dapat diartikan “membaca, menelaah, dan mendapatkan ilmu secara bersama-sama, di mana dalam prosesnya mereka sama-sama aktif”.

Hal ini diisyaratkan dalam Al Quran QS. Ali ‘Imran: Ayat 79.

Allah SWT berfirman:

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتٰبَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِّى مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلٰكِنْ كُونُوا رَبّٰنِيِّۦنَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتٰبَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
“Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,” tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan Kitab dan karena kamu mempelajarinya!“”

Sampai disini dapat dipahami bahwa, mudarasah atau tadarus merupakan sebuah proses atau mekanisme untuk melakukan tadabur Al Qur’an.

Tadabbur

Sedangkan kata “tadabbur” sendiri terdapat diantaranya dalam QS. An Nisaa’ ayat 82, secara leksikal/harfiah tadabbur mengandung beberapa filosofi makna, yakni: refleksi (reflection), meditasi (meditation), berfikir (thinking), pertimbangan (consideration) dan perenungan (contemplation). Mencermati rangkaian makna terbaca, kata ini memiliki makna integral dalam konteks kecerdasan manusia; intelektual, spiritual dan moral. Itulah kemungkinan yang dapat kita tangkap mengapa Al-Qur’an menggunakan kata tadabbur.

Interaksi yang Produktif

Agar visi tadarus/mudarasah Al-Qur’an tercapai dengan baik maka, perlu memperhatikan beberapa hal di bawah ini :

Pertama, memiliki pandangan integral terhadap Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan dustur Ilahi yang menata dan mengarahkan kehidupan.

Kedua, pembacaan, tadabbur dan mencermati secara mendalam. Bagian ini terwujud dengan dua hal pula :

a) verifikasi pemahaman dan ilmu kita tentang al-Qur’an.
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرً ; maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya). (QS. An Nisaa’:82)

b) aktualisasi ajaran al-Qur’an dalam lapangan kehidupan nyata, bukan sekedar pengetahuan wacana dan bersifat kognitif belaka; baik pada tataran pribadi, keluarga dan masyarakat. Ini berarti al-Qur’an menjadi kode etik kehidupan kita.

Ketiga, memegang komitmen yang baik tentang manhaj talaqqi. Artinya, menancapkan dalam sanubari kita serta merasakan ‘seolah-olah’ Al-Qur’an diturunkan kepada kita dan kita berdialog aktif dengannya.

Fungsi serta Manfaat Mudarasah dan Tadabbur

1. Sarana dan media untuk menambah ilmu. Tentunya, dengan melakukan mudarasah secara bersama-sama dengan orang lain semakin menambah cakrawala keilmuan kita. Ingat, Rasulullah s.a.w. selalu rajin mempelajari Al-Qur’an dan mencermati ayat-ayatnya, sehingga beliau mengetahui dengan sempurna maksud dan maknanya dengan tadarus/mudarasah bersama Jibril ‘alaihissalam.
2. Membantu proses menjaga Al-Qur’an yang telah kita kuasai serta tidak mudah lupa dan lalai.
3. Memupuk dan membina rasa persaudaraan dan rasa sepenanggungan sesama muslim. Dengan demikian, Islam telah melakukan proses pendidikan nalar kolektif dan etika bersama; kita membangun karakter yang kuat.
4. Sebagai sarana dan media tazkyatun nufus, mensucikan jiwa.
5. Mendatangkan rahmat dan ketenteraman bagi umat.
6. Memperbaiki kualitas tilawah.
ورتل القرآن ترتيلا ; Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan). (Al Muzzammil:4)

Akhiru kalam, tetap semangat, tetap bergairah, dan tetap istiqomah dalam membumikan Al Quran.

Walahu a’lam

*) H. Fathurrahman Kamal (MTDK PP Muhammadiyah

Friday, March 3, 2017

Konkordansi: opsi lanjut maa .. illaa

Salah satu pola maa ..illaa. Tdk .. kecuali... Misal QS 81:29

https://alquranmulia.wordpress.com/2014/04/11/bahasa-arab-maa-illaa-tidak-kecuali/ lihat pada poin no 1.

Akan terbantu kalau tool konkordansi bisa mendapatkan pola spt itu.

Dg cara input konsep yg pertama (misal disini adalah "maa" bisa input dg tulisan Arab, transliterasi, atau klik), input konsep kedua (misal disini adalah "illaa" bisa input dg tulisan Arab, transliterasi, atau klik pada konteks).