Tuesday, September 23, 2008

Tetangga... makhluk sosial... salesman... dakwah...

Dalam kehidupan bermasyarakat, misalnya interaksi dengan tetangga, dengan sejawat di kantor, dengan teman kuliah tidak jarang kita menjumpai tetangga, teman yang cuek. Bayangkan misalkan disebelah rumah kita ada rumah yang dikontrakkan, penghuni lama pergi tanpa kita tahu pasti kapan dia pergi karena mereka tidak "pamit" saat hendak pergi. Lalu rumah itu ada penghuni yang baru, satu dua hari, satu dua pekan, satu dua bulan berlalu. Tiba-tiba kita tersadar, lho kita kok belum kenal dengan mereka? Yah... biasanya kalau kita pindah rumah, kita silaturahmi mengenalkan diri, "sowan", ke tetangga2 kita.

"Mereka kok belum memperkenalkan diri yaaa?".
"Kayaknya mereka ke tetangga kalau hanya ada perlu saja, misalkan kalau akan mengunakan sebagai kantor mereka ke tetangga karena memang dipersyaratkan ada ijin tetangga".

"Yuk kita proaktif mendekati mereka".
"Ah nggak enak, malas menghadapi tetangga yang cuek seperti ini". "Siapa yang butuh?"

Begitulah.. dalam hidup betetangga, berteman.. tidak jarang kita jumpai orang yang merasa membutuhkan kita.
Apakah memang perlu kita "membaiki" tetangga seperti itu?
Apa salahnya kita jalan sendiri-sendiri tanpa harus iteraksi dengan beberapa tetangga dekat. Cukup kadang tersenyum kalau ketemu, secukupnya. Kan kita behubungan baik dengan banyak tetangga lain. Hanya karena tetangga yang itu saja yang cuek.

Di sisi lain.
Bagaimana dengan teladan kita, Rasulullah SAW bila menghadapi situasi seperti di atas?
Mengalir begitu saja, biarkan yang cuek kita hadapi apa adanya secara pasif. Kalau mereka tersenyum ketemu kita, ya kta balas senyum; kalau mereka cuek ya kita biarkan.
Rasulullah seperti itu?
Saya pikir, TIDAK.

Kita membutuhkan mereka. Seorang muslim mempunyai kewajiban untuk menghidupkan situasi, untuk menjalin persaudaraan yang baik dengan tetangganya, dengan temannnya. Bahkanpun kalau tetangga dan teman kita memusuhi kita, mestinya kita tetap aktif mencoba memperbaiki keadaan.

Bayangkan seoran salesman. Calon pembelinya ogah2an apa sang salesmen juga ogah2an?

Kita adalah juga salesman. Kita "mejual" nilai-nilai keislaman: persaudaraan, kehangatan, keikhlasan... etc etc
Kita semua adalah pendakwah, da"i.

@home, syly 1/2