We set ourselves limits, but we are all strong enough to aim higher, to achieve our goals.
All we have to do is find such strength within ourselves.
Know how to develop it.
Alain Robert
http://www.alainrobert.com/en/index.htm
Alain Robert, Penakluk Gedung Pencakar Langit
Kamis, 13 November 2008 | 03:00 WIB
Neli Triana
Meskipun lelah luar biasa, wajah Alain Robert tampak berseri-seri. Rabu (12/11), pukul 17.30, ia akhirnya berhasil memanjat The City Tower di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, bangunan setinggi 145 meter itu. Seperti ”biasa”, Si Spiderman asal Perancis ini memanjat gedung tinggi tanpa tali atau pengaman apa pun.
Beri saya ruang. Saya merasa amat panas,” kata Robert saat disambut puluhan wartawan dan penggemarnya di pelataran depan The City Tower. Peluh tampak membasahi wajah dan bajunya.
Ia duduk di tengah-tengah kerumunan dan menjawab semua pertanyaan dengan ramah. Sambil terus mengumbar senyum walaupun napasnya sedikit tersengal, Robert langsung menyatakan terima kasihnya kepada semua penonton dan pendukung aksinya.
Sikap rendah hati memang sudah menjadi bagian dari pribadi pemanjat solo yang telah menaklukkan lebih dari 90 gedung pencakar langit di seluruh dunia itu. Tentu saja, semua itu dilakukannya tanpa peralatan pengaman.
Di tengah suasana meriah itu, tiba-tiba seorang polisi berpakaian sipil merentangkan tangan menghalau para wartawan dan membawa Robert kembali ke dalam gedung. ”Kami dari kepolisian. Alain Robert kami bawa untuk diperiksa terkait perizinan aksi panjat gedungnya,” kata polisi tersebut.
Hampir satu jam kemudian, Robert digiring keluar oleh Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Ike Edwin. Menurut Ike, ada informasi dari Kepolisian Daerah Metro Jaya, Alain Robert belum mengantongi izin untuk aksinya itu. Robert pun pasrah digiring ke Markas Polres Metro Jakarta Pusat untuk dimintai keterangan.
”Tidak apa-apa, saya sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini. Kejadian ini tidak akan pernah bisa menghentikan aksi saya,” katanya, lagi-lagi dengan memasang senyum.
Pantang dihalangi
Alain Robert memang tidak bisa dihalangi oleh siapa pun ketika ia sedang berupaya menggapai impiannya. Usianya belum genap 10 tahun saat ia mulai mengagumi Bonatti, Rébuffat, dan Desmaison. Ketiganya adalah pemanjat tebing tingkat dunia yang terkenal sepanjang masa. Sejak itu, ia hanya punya satu cita-cita, yaitu menjadi pemanjat tebing profesional.
Saat usianya 12 tahun, ia memanjat gedung hingga ke lantai delapan tanpa peralatan pengaman untuk bisa masuk ke apartemennya. Itu dilakukan karena ia lupa membawa kunci.
Orangtua Robert akhirnya menyerah setelah sempat melarang putranya menggeluti hobi yang dianggap membahayakan jiwa tersebut. Robert kemudian mulai giat berlatih di tebing-tebing di kawasan Valence, tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya di Digoin - Saône-et-Loire - Bourgogne, Perancis.
Tidak butuh waktu lama sampai Robert mengukuhkan dirinya menjadi pemanjat profesional. Pemanjatan dengan segala kelengkapan peralatan dan pengaman tubuh makin tidak memicu adrenalinnya. Ia pun memutuskan menjadi pemanjat solo, yang artinya memanjat dengan tangan kosong, tidak ada seuntai tali atau sebuah alat pun untuk menolongnya.
”Dengan menjadi pemanjat solo, kalau kamu jatuh, maka kamu akan mati. Itu pilihannya,” kata Robert dalam situs web resminya, alainrobert.com 2007. Ia cukup berhasil dengan karier barunya itu, hingga dua kecelakaan beruntun menimpa tepat di usianya yang ke-20, tahun 1982.
Pada 18 Januari 1982, Robert terjatuh dari ketinggian 15 meter saat memanjat tebing terjal. Ia menderita patah tulang di kedua pergelangan tangan, hidung, dan telapak kaki. Beberapa bagian tulang lain di tubuhnya pun retak-retak.
Baru saja sembuh, ia kembali memanjat tebing. Namun, pada 29 September 1982, lagi-lagi ia jatuh bebas dari ketinggian 15 meter. Kali ini, dengan kepala lebih dulu membentur permukaan tanah. Robert tidak sadarkan diri, koma selama lima hari. Lengannya patah di beberapa bagian, juga sikunya, serta tulang panggulnya (pelvis).
Selain patah tulang di sekujur tubuh, ia menderita cerebral edema, kerusakan di otak, dan vertigo, penyakit yang memengaruhi telinga bagian dalam. Organisasi Kesehatan Nasional Perancis menyatakan, Robert kehilangan 60 persen kemampuan pendengaran normalnya.
Setelah menjalani enam operasi, nyawanya terselamatkan. Tetapi, tim dokter mengultimatum bahwa Robert tidak bisa dan tidak boleh lagi melanjutkan kegemarannya memanjat tebing.
Namun, Robert tak menyerah pada nasib. Selama masa penyembuhan, ia justru giat berlatih memanjat. Dalam kurun waktu satu tahun kemudian, dia kembali memanjat. Kali ini dengan sesuatu yang berbeda. Bukan lagi tebing batu, tetapi dinding gedung-gedung tinggi yang menjadi sasarannya.
Bagi Robert, memanjat adalah filosofi hidupnya. Ia harus menghadapi dan menguasai rasa takut. Hanya orang itu sendiri yang menentukan batasan hidupnya karena setiap orang sebenarnya berkemampuan untuk mencapai cita-citanya.
”Kapan saya akan berhenti memanjat gedung tinggi? Sebenarnya, saya sedang berpikir untuk segera pensiun,” katanya.
Namun, sedetik setelah itu Robert langsung tersenyum lebar. Matanya berkedip nakal, menandakan ia tak serius dengan ucapannya.